Bahasa Jawa bisa dibilang menjadi bahasa tutur utama Suku Jawa.Namun dalam khasanah Bahasa Jawa, setidaknya ada dua versi bahasa wong jawa ini yang sering kita jumpai .Versi pertama Bahasa Jawa tulen yang sering dipakai masyarakat Jawa di bagian timur dan tengah dari pekalongan ke timur hingga ke perbatasan jawa tengah-jawa timur.Di wilayah ini pemakaian bahasa jawanya terdengar halus dan murni dengan lebih menonjolkan vokal "O" pada kosa kata yang berakhir dengan huruf "A".
Sementara Bahasa Jawa versi Banyumas yang meliputi wilayah Purwokerto dan Cilacap,serta versi Tegalan yang meliputi wilayah pantura Brebes, dan Tegal dan sebagian Pemalang, bahasa Jawa yang dipakai terasa lebih aneh,sebagian orang bahkan mengatakan kasar meski sebagai wong Tegal saya lebih menegaskan sebagai bahasa yang jujur dan lugas dengan alasan tidak munafik dalam pemakaian huruf "A" pada kosa kata yang berakhiran huruf tersebut dengan tetap mengejanya sebagai huruf "A".
Kosa kata 'mangga' (silahkan) akan dieja 'monggo' bagi saudara kita di timur akan tetapi untuk saya dan saudara saya yang berada di Banyumas akan tetap mengucapkan 'mangga' seperti apa yang tertulis.
Terus mana yang benar dan mana yang salah?
gak ada .karena bahasa ibu tidak bisa ditukar dengan bahasa ibu lainnya.keduanya bermakna sama........mangga dan monggo sama sama artinya silahkan....
jadi monggo ataupun mangga saya mah welcome welcome aja .Namun sayangnya bahasa Jawa versi Banyumasan atau Tegalan sering menjadi bahan tertawaan, atau mungkin bahasa sopannya sering mengundang tawa ( untuk tidak mengatakan menghina) bagi sebagian orang,baik orang jawa maupun oerang di luar jawa.
Massa?
Gak percaya,lihat saja ketika WARTEGBOYS ketika menyayikan lagu "Okelah Kalau Begitu.." dengan medoknya......yang khas .terdengar lucu bukan...beda ketika DIDI KEMPOT menyanyikan lagu "Setasiun Solo Balapan"....................
Nah,
Jumat, 26 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar